meta content='100'http-equiv='refresh'/> ZIKIR & FIKIR: 2013-06-02

Kamis, 06 Juni 2013

Dunia Tidak Lebih Mulia Daripada Bangkai Kambing




Saudaraku,kehidupan dan peradaban umat manusia dari mulai  Nabi Adam sampai dengan saat ini oleh Allah dirancang dan diatur dalam satu kali ciptaan "Kun ! Fayakuun !"maka berlangsunglah kehidupan di jagad raya ini seperti apa yang direncanakan oleh "Penciptanya" sejak awal dan yang luar biasanya dalam penciptaan itu dari detik ke detik mahakarya jagad raya ini tak pernah berhenti sebagai sebuah sistem yang rumit menurut nalar kita. Bukankah satu detik pun matahari dan tata surya jagad ini tak pernah macet ? Bukankah sirkulasi oksigen juga tak pernah ngadat barang sedetik ? Pernahkah segala gerak dan detak kehidupan berhenti serentak entah sedetik atau bahkan setengah detik ? Begitulah kesempurnaan "project" ciptaan Sang Mahasempurna diluncurkan , tanpa cacat dan tanpa kekurangan sedikitpun.Sekali lagi sedikit pun !

Saudaraku,apa yang saudaraku rasakan,apa yang saudara miliki,apa yang saudara rencanakan,apa yang saudara benci dan suka , atau singkatnya segala sesuatu tentang saudaraku saat ini pada detik ini,semua itu sudah terprogram dalam "chipmaster project"-Nya jauh sebelum peluncuran perdana, dan itu berlaku mutlak hanya atas kehendak Programernya.
Kita hanya menjalani kehidupan ini dengan keyakinan penuh bahwa sang Khalik tak pernah berniat buruk terhadap mahakarya-Nya ini,Allah tak pernah senang,atau bangga atas kekuasaan-Nya jika kita berada dalam kondisi yang menyakitkan misalnya.Apa yang Allah banggakan adalah jika melihat kita tunduk tadhorru' dengan qolbu yang tetap zikir,raga yang istiqomah melaksanakan amal yang dicontohkan kekasihnya Rasulullah Muhammad ibnu Abdullah. Dan apa yang dibangga-banggakan oleh Allah di hadapan para malaikatnya adalah ketika kita duduk dalam suatu majelis zikir dan fikir,majelis ilmu yang membawa hati kita untuk senantiasa zikrullah,sementara jiwa kita risau memikirkan upaya mengajak diri dan umat ini untuk taat kepada Allah.

Bekerja dan berupaya untuk kehidupan duniawi adalah hal pokok untuk mencapai kemaslahatan hidup,namun jangan pernah berprisip bahwa 'dunia' ini adalah segalanya sehingga untuk mereguk sebanyak-banyaknya kelezatan dunia ini saudaraku lupa atau tak sempat,atau menafikan 'amalansholiha yang bakal menghantarkan kita tidak saja kepada kelezatan hidup sesudah kematian akan tetapi juga pada kelezatan selama hidup di dunia ini.   
Taukah wahai saudaraku,dunia yang oleh sebahagian orang dipandang sebagai sesuatu yang amat dikagumi dan sangat didambakan untuk direguk kenikmatan dan keindahannya ini dengan menghalalkan segala cara,yang daya tariknya telah dipoles dan diperdahsyat oleh syaitan sehingga mampu melalaikan ini,ternyata hanyalah "Mataa'ulkhuruur" tipu daya yang menyesatkan tentunya bagi orang-orang yang lalai.

Dalam suatu kesempatan saya membaca sebuah hadist Rasuslullah SAW yang terjemahan bebasnya seperti berikut : Suatu hari Rasuullah SAW bersama beberapa orang sahabat berjalan kaki melintasi sebuah pasar , di tepi jalan Rasulullah SAW melihat bangkai seekor kambing yang dikerubungi lalat,lalu beliau memegang dan mengangkat bangkai kambing itu dan berkata : "Wahai sahabat-sahabatku,andaikata dijual maukah kamu membeli bangkai kambing ini ?" Para sahabat menjawab : Tidak ya Rasulullah,untuk apa kami membeli bangkai kotor dan bau itu !" Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabat : "Sesungguhnya dalam pandangan Allah dunia ini lebih hina daripada bangkai kambing ini".
Sesaat setelah membaca hadist tersebut ada rasa malu dalam hati saya terhadap Allah. Betapa dunia tempat saya hidup dan menikmati segala fasilitasnya ini,tempat yang saya takut untuk meninggalkannya ini dalam pandangan Allah tidak lebih mulia daripada bangkai seekor kambing.

06 Juni 2013





Minggu, 02 Juni 2013

SERUAN AZAN


Pembaca Muslimin yang dimuliakan Allah, mari kita renungkan sejenak :
Ketika azan dikumandangkan oleh muazzin dari menara rumah Allah yang ada di lingkungan rumah kita , menuju panggilan tersebut dan coba bandingkan dengan jumlah masyarakat muslim yang ada di lingkungan itu, padahal ketika kepada orang-orang yang ogah sholat berjamaah ke mesjid tersebut ditanya
Taukah anda ya akhi bagaimana keutamaannya jika kita sholat berjamaah di mesjid ? Mereka dengan tegas menjawab : ” Tau dong ! Derajatnya lebih tinggi dua puluh tujuh derajat dibanding dengan sholat sendiri di rumah , kan ? Setiap langkahnya dihitung ; satu langkah menghapus satu dosanya dan langkah berikutnya menaikkan derajatnya”.
Maknanya adalah bahwa kebanyakan orang muslim saudara kita tau keutamaan sholat berjamaah akan tetapi ogah untuk meraihnya.

Pembaca Muslimin yang dimuliakan Allah,ketika mu’azzin menyerukan azan umat muslim yang mendengarnya menanggapinya dengan berbeda-beda,

  • Sebahagian menanggapinya : “Sudah tiba waktunya saya menghadap Allah melalui sholat berjamaah di masjid “, lalu dia bergegas berwudhu’ dan pergi menuju masjid terdekat , Alhamdulillah.
  • Sebahagian lagi menanggapinya : “Wah sudah masuk waktu sholat”, lalu ia bergegas mengambil wudhu’ dan langsung mengerjakan sholat di mana dia berada saat itu , Allahu Akbar.
  • Sebahagian lagi menaggapinya : “Bah,sudah zuhur rupanya , nantilah saya sholat , masih panjang kok waktunya “, lalu dia meneruskan kegiatannya , Masyaa Allah.
  • Sebahagian pula menanggapi seperti berikut : “Wah , azan zuhur , sudah jam setengah dua rupanya “, lalu dia nggak ada niat sama sekali untuk mengerjakan sholat , Astaghfirullah.
  • Akan tetapi yang lebih astaghfirullah lagi , ketika dia mendengar seruan azan dia menanggpinya : “ Suara apa itu ?,oh azan rupanya ! , lalu dia cuek saja seperti mendengar mesin mobil dihidupkan atau apalah , Nauzubillahi minzalik !
Pembaca Muslimin yang dirahmati Allah, seruan azan bukan merupakan pertanda waktu masuknya waktu sholat bagi kaum muslimin, azan tidak sama dengan dentang jam dinding, tidak sama dengan alarm tanda waktu masuk jam kerja di pabrik atau di kantor-kantor, apalagi disamakan dengan bunyi lonceng di gereja, sama sekali tidak !
Seruan azan adalah dakwah yang sempurna, panggilan kesempurnaan kasih sayang dari Allah sang khalik yang diawali dengan kalimah Allahu Akbar, sekali lagi Allahu Akbar,
Allah maha besar segala sesuatu selain Allah adalah kecil, jagad raya ini kecil, bumi ini kecil, langit dengan bintang gemintang itu kecil, istana Negara itu kecil, presiden itu kecil, pokoknya melalui kalimah Allahu Akbar Allah Subhanahu wata’ala pada hakikatnya menyerukan kepada kita,
”Hayo hambaku sekalian ! Apa pun urusanmu saat ini adalah perkara kecil,tinggalkan ia,mari menghadapkan hati kepadaku yang maha besar ini !

Lalu melalui kalimah Ashadu Allaa ilaha illallah dalam seruan azan Allah mendakwahkan agar kita hambanya yang kecil ini meningkatkan kesempurnaan keyakinan kita dalam pengakuan kita bahwa kita bersaksi bahkan sampai dibunuhpun aku bersedia :
Tidak ada yang berhak untuk kusembah sebagai tuhan selain daripada Allah. Melalui kalimah ini Allah Subhanahu wata’ala menegur kita :
“ Nah,, kalau kamu sudah benar bersaksi dengan keyakinan yang begitu sempurnanya , lah kok malah nggak bergegas untuk berwudhu’ dan mengerjakan sholat mendengar seruan azanku ini ?”

Begitu pula dengan seruan Ashadu Anna Muhammadarrasulullah, Allah mengajak kita dengan kesempurnaan kasih dan sayangnya :
“Apa betul kamu mengakui dan bersaksi bahwa hambaku yang bernama Muhammad ibnu Abdullah itu adalah manusia yang ku utus ke permukaan bumi ini untuk menyampaikan perintah dan laranganku ? Nah kalau betul,ayo mas berwudhu’ dan sholatlah “.

Saudaraku pembaca muslim yang dikasihi Allah,lanjutan seruan azan setelah itu adalah : Hayya Alassholah. Ya sudah jelaslah itu adalah panggilan kasih sayang dari Allah :
“Wahai hambaku yang senantiasa keberikan rahmat,wahai sebaik-baik ciptaanku,wahai khalifahku di bumi ayo bangkit sayang,bangkitlah umat kekasihku Muhammad,bangkitlah umat yang dirisaukan Rasulku Muhammad sampai pada ujung hayatnya,gih sholat gih ! Karena melalui sholat lima waktu kamu seperti orang yang di depan rumahnya mengalir sebuah sungai yang jernih,lalu kamu mandi di sana sebanyak lima kali dalam dua puluh empat jam,pasti toh tubuhmu akan bersih tidak ada kotoran yang melekat ? Begitu juga dengan Sholat lima waktu , aku pasti akan menghapuskan dosa-dosamu sampai bersih , begitu kan kata kekasih-Ku Muhammad dalam hadistnya ? Gih…sholat gih…!

Muazzin melanjutkan : Hayya Alalfalah ! Mari menggapai kemenangan !, hakikatnya Allah menjanjikan sebuah bahkan tidak hanya sebuah kemenangan kalau panggilan azan disahuti dengan bergegas menuju tempat azan itu dikumandangkan. Maknanya adalah sholatlah berjamaah di masjid atau di musholla jangan cuma di rumah . Kenapa begitu ?
Karena ada banyak kemenangan yang diperoleh orang yang sholat berjamaah di masjid atau di mana azan dikumandangkan , antara lain kemenangan tersebut adalah :

  1. Tiap langkah menuju masjid mendapat satu pahala,dihapus pula satu dosa,dandinaikkan satu derajat hidupnya oleh Allah SWT.
  2. Memperoleh keutamaan 27 derajat dibanding jika sholat sendiri-sendiri.
  3. Orang yang menunggu tibanya waktu sholat di masjid diberi pahala seperti sedang melaksanakan sholat,dan selama itu pula para malaikat mendoakannya “ Wahai Allah,ampunilah dia…wahai Allah rahmatilah dia….
Allahu Akbar, Allahu akbar ! kata muazzin. Kembali Allah menyerukan:
“Ayo besarkan hanya aku,dan pandanglah kecil selain aku, apa pun itu, cepat berwudhu’ sholat berjamaah segera dimulai di masjid ini “.
Laa ilaha illallaah, ditutup azan oleh muazzin,dan disempurnakan Allah dakwahnya dengan hakikat seruan : “ Yakinlah dengan teguh bahwa tidak ada tuhan sesembahan lain selain Aku , nggak percaya ? Nggak bangkit juga berwudhu’ ? Ya sudah ! Tapi ingatlah : Azabku sungguh sangat pedih ! “.

Rantauprapat,Mei 2013

Iku Mneh ! Iku Mneh ! ( Sholat lagi,sholat lagi ! )

Saya punya seorang sahabat bernama Pak Suriadi yang pekerjaannya sehari-hari adalah mekanik pada bengkel mobil sederhana miliknya sendiri di kota saya. Beliau seorang yang taat ibadahnya dan istiqomah melaksanakan Sholat berjamaah di masjid. Pokoknya meskipun pekerjaannya banyak menyita waktu dan penuh dengan rintangan untuk yang namanya sholat apalagi berjamaah ke masjid merupakan suatu hal yang sulit untuk dapat istiqomah seperti pak Suriadi ini. Bayangkan saja, sering sekali beliau lagi sibuk membongkar mesin di kolong mobil dengan tubuh yang clemotan oli kotor tiba-tiba terdengar azan dari masjid yang berjarak lebih kurang 700 meter dari bengkelnya, lalu beliau keluar dari kolong mobil, mandi, berwudhu’dan tancap ke masjid untuk sholat dzuhur, pulang sholat dzuhur beliau makan, ganti pakaian masuk kolong lagi, clemotan lagi dan tak terasa waktu berjalan terdengar azan untuk sholat Ashar, beliu keluar kolong lagi dan tancap ke masjid. Begitu rutinitas beliau dari azan ke azan berikutnya dan itu sudah dilakoni oleh beliau sejak lima tahun belakangan ini, orang bilang pak Suriadi dapat hidayah sejak ikut usaha dakwah jamaah jaulah atau apa namanya, karena sebelum itu pak Suriadi termasuk golongan orang yang tak peduli dengan yang namanya kegiatan berbau agama.

Suatu hari sahabat saya ini kedatangan seorang tamu yang tak lain adalah abang kandungnya sendiri, beliau memanggilnya Kang Samin, datang dari kampung mereka di Pematang Siantar. Layaknya dua saudara yang sudah lama tidak bertemu mereka begitu akrab dan senang atas pertemuan ini. Sepenggal dari percakapan mereka saya dengar seperti ini :

“Kamu hebat dik”, kata Kang Samin “Sudah banyak perubahan pada dirimu“.
“Apa yang berubah Kang ?” tanya sahabat saya.
”Sekarang wajahmu terlihat bersih, teduh,dan berwibawa ditambah lagi jenggotmu itu loh, seperti orang-orang yang kalo sore-sore suka ngajak-ngajak sholat berjamaah di masjid, yang nginap dari masjid yang satu ke masjid lain itu, pakaianmu juga”.
“Oh begitu,ya iyalah Kang kita  harus berubah dari yang kurang baik kepada yang baik Kang. Alhamdulillah sekarang saya istiqomah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Nanti maghrib kita ke masjid ya Kang ?”kata pak Suriadi.
”Lah,ngapain ke masjid ? Apa ada Mauludan ?” Tanya Kang Samin dengan wajah ndeso yang lagi heran.
“Bukan Mauludan Kang, tapi sholat maghrib berjamaah di masjid, sunnahnya begitu Kang “. Kang Samin semakin kagum pada adiknya ini, dan ketika maghrib tiba Kang Samin tak kuasa menolak ajakan adiknya untuk dibonceng motor ke masjid.

Tiba di masjid Kang Samin celingukan memandangi sekeliling ruangan masjid, dalam hatinya dia mengagumi adiknya yang tidak canggung-canggung menghidupkan pengeras suara lalu azan dengan suara lantang. Bathin Kang Samin berdecak-decak,
”Jangankan di masjid yang semegah dan sebersih ini, di masjid kampung saya yang memprihatinkan, kecil dan kumuh yang jamaah jumatnya cuma lima belasan  orang saja saya nggak berani duduk atau berdiri di kawasan dekat imam, apa lagi azan seperti dia, wah…wah..”.

Singkat cerita usailah sholat maghrib, seperti biasa sebahagian jamaah tidak langsung pulang ke rumah termasuk sahabatku Pak Suriadi ini biasanya bergabung ke dalam golongan jamaah yang tidak langsung pulang melainkan menunggu masuk waktu sholat isya’ di teras masjid, katanya sambil ngobrol sambil muzakarah begitu, tapi kalau saya amati lebih banyak ngobrolnya dari muzakarahnya, sepuluh buang sembilanlah. Tapi tak apalah dulu karena yang menjadi sorotan dalam cerita ini adalah Kang Samin. Mau tidak mau Kang Samin ikut gabung di lingkaran “muzakarah“ ini, topik “muzakarahnya pun macam-macam,mulai dari pahala sholat berjamaah, keluar ke harga sawit,keluar ke benjolan di ketiak seorang hadirin, keluar lagi ke merek minyak wangi, ke beda sabun colek dengan deterjen, ke PSSI yang waktu itu sedang ricuh-ricuhnya, ke puncak gunung Bromo, ke penyakit mata, dan terakhir ke bisnis bulu matanya Syahrini. Benar bukan? “Muzakarah sepuluh buang Sembilan “. Akan halnya Kang Samin hanya menjadi pendengar budimanlah saat itu, hanya sesekali dia ikut tertawa kalau ada hadirin yang tertawa, pasalnya Kang Samin takut kalau dikira budek atau tuli kalau nggak sesekali nimbrung tertawa.
Selesailah sholat isya’ Kang Samin kembali dibonceng adiknya pulang, lalu makan, lalu nonton tv, lalu setelah itu tidur karena sahabat saya Pak Suriadi sudah biasa tidur pukul dua puluh satu,soalnya besok kan harus bangun cepat untuk sholat subuh. Padahal sejak Kang Samin naik bus dari Pematang Siantar,beliau sudah mengharapkan nanti malam dijamu oleh adiknya untuk sekedar makan-makan di warung mie Aceh seperti enam tahun yang lalu dia berkunjung ke rumah adiknya Suriadi ini. “Ah…tak apalah,mungkin besok malam “,desah hati Kang Samin dia pun tertidur di depan televisi. Eh, perasaan Kang Samin satu mimpi belum usai beliau sudah dibangunkan adiknya itu : Kang,Kang Samin ! Bangun sudah jam empat , ayo mandi ke sumur, kita mau sholat subuh ke masjid “. Setengah terbangun Kang Samin bangkit juga menuju ke arah sumur di belakang rumah , dia berpapasan dengan adiknya di pintu dapur dan dilihatnya adiknya yang berjenggot lebat tanpa kumis itu sudah siap dengan pakaian gamis putih,celana putih yang tingginya di atas mata kaki,duduk di atas sepeda motornya menghadap pintu ke luar. Kang Samin nggak pakai mandi lagi,melainkan hanya mencuci muka,membasuh kaki,mengorek-ngorek lobang hidungnya dan hap ! Selesai. Tiba-tiba saja Kang Samin sudah nagkring di boncengan adiknya si jenggot itu,dan bruum tancap ke masjid. Tujuh kali Kang Samin menguap panjang selama perjalanan menuju masjid itu,akhirnya sampailah mereka di masjid yang maghrib semalam dikagumi Kang Samin. “ Assalamu alaikum Ustazd !”,tegur seseorang kepada Pak Suriadi. “Alaikum salam !” ,dijawab enteng sambil senyam-senyum oleh adiknya tersebut.”Adikku di sapa Ustazd oleh orang di kampung ini rupanya “,bathin Kang Samin setengah kagum setengah geli.” Ustazd dari Hongkong ! “ fikirnya,karena dia tau betul adiknya ini,wong seperti dia , ngaji aja nggak becus , kok dipanggil ustazd. “Tapi tak mengapa, habis sholat subuh nanti aku tancap tidur lagi”, fikir Kang Samin sederhana Sambil menguap yang ke tujuh lagi selama di masjid ini. Pak “Ustazd “ Suriadi pun bangkit azan dan tak lama selesai,orang-orang bangkit dan Kang Samin pun bangkit sholat. “Oh, kalau sholat subuh nggak boleh berjamaah kali ya ? “ fikir Kang Samin karena dilihatnya orang-orang angkat takbir sendiri-sendiri bahkan sudah ada yang ruku’,Kang Samin pun Sholat subuh. Takut ketinggalan sendiri Kang Samin tancap gas , baru satu raka’at Kang Samin salam kiri kanan. “Alhamdulillah nggak terlambat,kalau terlambat kan malu dilihati orang “,fikir Kang Samin. Pak Suriadi bangkit lagi untuk iqamah dan orang-orang bangkit lagi. “ Loh ! Mau ke mana ?” fikiran Kang Samin sibuk seperti sinyal selular pada jam-jam sibuk.Orang-orang berdiri di satu shaf, Kang Samin ikut saja.”Terserahlah,mau sholat apa ini ya Allah,aku ikut imam saja,Allahu Akbar”,Kang Samin pasang niat tan langsung takbirotul ‘ula,karena menurut beliau tadi dia sudah sholat shubuh dua raka’at meski diskon satu.
Singkat cerita sholat shubuh pun klar,zikir wiridan klar,doa pun klar,orang-orang bangkit,Kang Samin juga bangkit,cuma celakanya bagi Kang Samin orang-orang bangkit menju berkumpul di depan imam yang mau bayan shubuh,Kang Samin bangkit menuju pintu keluar.”Kang Samin ! “ panggil pak Suriadi kepada kakangnya ini,Kang Samin menoleh,pak Suriadi melambaikan tangannya memberi isyarat agar kakangnya duduk di sini di dekatnya mendengarkan bayan shubuh menggapai hidayah.Dengan perasaan gugup bebaur kesal Kang Samin menuruti perintah ustazd “dari Hongkong” ini.”Apa lagi sih ini ?” gerutu otaknya. Lebih kurang sepuluh menit imam shubuh menyampaikan mutiara-mutiara hadist baginda Rasulullah,Kang Samin tidak mendapatkan satu pun kesimpulan di dalam benaknya untuk di bawanya pulang ke Pematang Siantar,karena selama imam bayan shubuh itu Kang Samin sungguh kerja keras menahan kantuknya yang luar biasa. Dan yang luar biasanya lagi dalam hati Kang Samin bertekad : “Nggak kerjaan ini ! Besok subuh aku nggak bakal mau dibanguni!”
Waktu dzuhur tiba,Pak Suriadi stand by dengan gamis putih celana kebanjirannya dalam pandangan Kang Samin , Kang Samin pura-pura sibuk merapikan kunci-kunci pas yang berserakan. “ Sudah Kang,biarin nanti diberesin anggota itu,ayo kita sholat !” Kang Samin berkilah : “ Belum berwudhu’ !”. “Berwudhu’ di masjid aja nanti ! “ tukas pak Suriadi. Tak ada alas an lagi kang Samin manut membonceng di sepeda motor adiknya.Tak ada kecelakaan bagi Kang Samin selama melaksanakan sholat dzuhur karena bukankah pengalaman the first of sholat shubuh bagi Kang Samin adalah pelajaran yang tak terlupakan.
Waktu Ashar telah tiba pula, Kang Samin berharap dalam hati agar suara azan tidak sampai menyuruk ke bawah mobil di mana adiknya klontang- klonteng di sana. Tapi dasar ustazd jenggot, adiknya itu seolah-olah sudah benar-benar mahir dalam menaksir waktu-waktu sholat di mana dia harus ke masjid,buktinya tak berapa lama adiknya itu sudah siap lagi dengan gamis putihnya.”Ayo kang !”. Kang Samin kesal benar:” Berwudhu’ di masjid aja kan ?”,katanya sambil duduk di belakang pak Suriadi.
Maghrib , dan Isya di hari kedua kunjungan muhibbah Kang Samin ke rumah adiknya ini tak ada insiden yang berarti,namun setelah pulang dari masjid ba’da Isya dan usai makan malam terjadilah keributan di hati Kang Samin. Beliau bertengkar dengan dirinya sendiri,pasalnya tak lain dan tak bukan adalah mie Aceh yang diidam-idamkannya tak kunjung masuk ke perutnya karena adiknya Pak Suriadi sepertinya sekarang tak punya kemauan lagi untuk jalan ke kota seperti enam tahun yang lalu,katanya kota itu sama dengan pasar dan menurut hadist Rasulullah tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar.”Aku kalau nggak untuk urusan yang penting nggak mau ke kota kang Samin , soalnya ke kota sama dengan ke pasar,di sana segala ragam manusia berseliweran tanpa etika dan buka-buka aurat,haram hukumnya memandang aurat bukan muhrim”. Begitu kata Pak Suriadi kepada Kang Samin ketika ngobrol sarapan pagi tadi sehingga usai makan malam ini Kang Samin hilang selera untuk mengajak adiknya itu ke kota , akan tetapi di sisi lain selera Kang Samin meluap-luap terhadap aroma dan rasa mie Aceh yang dirasainya enam tahun silam.
Keributan di dalam hati Kang Samin terekam dalam dialog sebagai berkut : “Aku kan sudah bilang nggak usah kunjungan-kunjungan muhibbah segala lah ke rumah Suriadi !“,kata hati Kang Samin. Nafsu Kang Samin mendadak emosi mendengar ocehan bernada menyalahkan begitu,”Bukan masalah kunjungan muhibbah,itu kan Cuma judul kedatangan saja !” Hati Kang Samin bertanya dengan sabar,”Kalau bukan masalah kunjungan muhibbah ini masalah apa lagi yang membuat kamu dari tadi uring-uringan terus ? ” Nafsu Kang Samin naik darah menggebrak dinding hati Kang Samin sambil berteriak : “ Mie Aceeeh,mie Aceeeeeh,itu masalahnya !“ Hati Kang Samin agak kecut digebrak begitu,beliau berkata : “ Ya udah ajak Suriadi sekarang ke kota makan mie Aceh”. “Diam kau ! Suriadi itu sudah mematikan nafsunya untuk dunia ini,dia nggak mau ke kota banyak aurat berseliweran , haram katanya!”, “Memang begitu mestinya”,kata  hati Kang Samin menyela. “ Diam Kau !”,kata nafsu Kang Samin dengan wajah merah darah. Dibentak begitu hati Kang Samin terdiam,nafsunya juga diam.Akhirnya aroma dan rasa mie Aceh idaman Kang Samin menghantarkannya menuju tidur nyenyak tanpa mimpi sama sekali,mungkin kecapean pasca keributan tadi.
Entah karena tidurnya cukup nyenyak atau karena kesal yang telah jenuh selama dua hari cuma diajak dari rumah ke masjid,dari masjid ke rumah saja Kang Samin dengan mudah dibangunkan Pak Suriadi dan menurut saja di ajak sholat shubuh ke masjid.Sepanjang jalan bahkan sampai sholat usai dan bayan shubuh pak imam rampung,tak sekalipun Kang Samin menguap. Hanya saja perubahan terjadi di pihak Kang Samin,bahwa beliau sejak keributan tadi malam Kang Samin diam seribu kata.
Ketika waktu dzuhur diajak kemasjid oleh adiknya,dia diam tapi menurut berboncengan masih tetap diam,entah berwudhu’ entah tidak Kang Samin langsung masuk shaf yang kebetulan mereka agak ketinggalan takbirotul ‘ula. Tak ada cerita menarik dari sholat dzuhur kali ini.Kang samin diam membisu sementara Pak Suriadi sahabat saya itu tidak menaruh perhatian kearah itu. Seusai makan siang Kang Samin langsung merebahkan diri di depan televisi dan tidur berkeringat begitu nyenyaknya. Sampai menjelang tiba waktu Ashar Kang Samin masih pulas dengan wajah yang kalau diamati dengan cermat seperti memendam kekesalan yang luar biasa.
Sahabatku Pak Suriadi sudah siap mandi dan sudah mengenakan baju sholatnya yang biasa,gamis putih dengan celana panjang di atas mata kaki. Jenggotnya masih basah dibiarkan begitu saja,kopiah putih nangkring dengan manis di atas rambutnya yang basah juga,nur hidayah seakan memancar dari wajahnya. Tenang dan perlahan beliau sentuh tubuh Kang Samin untuk membangunkannya.
“Kang… bangun Kang…”
Kang Samin membuka mata dan berusaha duduk.
“Eneng opo ?” , tanya Kang Samin.
“Ayo ke masjid sholat Ashar…Kang…”
“Wueleh ! Iku mneh,iku mneh ! Bosan aku ! Jawab Kang Samin tidak bergerak dari duduknya. Mungkin maksud  kata-kata Kang Samin itu adalah : Sholat lagi,sholat lagi ! Membosankan !
Astaghfirullah,sampai sebegitunyakah pandangan sebahagian umat ini terhadap perintah sholat ?
( Rantauprapat,25 Mei 2013 )

MASIH ADA BUDIONO


 


MASIH ADA BUDIONO
Namanya Budiono , umur 40 tahun , agama Islam , pekerjaan Penjaga Sekolah di salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Panai Hilir di sebuah desa nun terpencil diperintahkan Kepala Sekolahnya membongkar sekat ruang kelas empat yang terbuat dari tripleks karena ruang kelas tersebut akan gunakan untuk ruang kelas bagi siswa kelas tiga yang akan naik kelas jumlahnya lebih dari empat puluh orang. Dengan ikhlas dan senang hati pak Budiono mengerjakan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolahnya.Setelah selesai membongkar sekat ruang kelas tersebut pak Budiono teringat pada kandang bebeknya yang sampai saat ini belum dipasang dinding karena belum ada uang untuk membeli sekedar tripleks.Budiono bergegas menjumpai Kepala sekolah untuk meminta tripleks bekas bongkaran tersebut barang satu atau dua lembar untuk dinding kandang bebeknya.Oleh Kepala sekolah permintaan pak Budiono dikabulkan sebanyak tiga lembar.
Sesudah jam belajar selesai pak Budiono membawa tripleks tersebut ke rumah dinasnya yang masih di lingkungan sekolah.Melihat pak Budiono membawa tripleks bekas tiga lembar,istrinya bertanya tripleks itu dari mana dan pak Budiono menjelaskan asal usul tripleks itu . Saat itu istrinya diam saja dan berlalu,tapi pada malam harinya pak Budiono memperhatikan istrinya gelisah tak  seperti hari-hari biasa. Semula pak Budiono tidak begitu menaruh perhatian,namun setelah malam semakin larut dan istrinya tak kunjung tertidur sementara pak Budiono sudah berulang kali terbangun akhirnya pak Budiono bertanya kepada istrinya,apa yang membuat istrinya itu gelisah dan tak bisa tidur.Agak lama istrinya baru bisa menjawab pertanyaan pak Budiono : “ Mas…tripleks yang mas minta dari kepala sekolah itu bukan milik kepala sekolah , tripleks itu milik orang tua siswa karena untuk menyekat kelas itu dulunya diminta partisipasi orang tua siswa,besok mas pulangin tiga lembar barang haram itu ke gudang…di akhirat nanti kita dimintai pertanggungjawabannya mas…” Pak Budiono tak bisa berbicara apa-apa,bukan karena takut dimarahi oleh istrinya pagi-pagi benar pak Budiono mengangkut kembali tripleks bekas itu ke sekolah dan memberitahukan kepada kepala sekolah bahwa dia tidak jadi menggunakan tiga lembar tripleks bekas itu.
Orang kecil sekecil istri pak Budiono yang hanya seorang ibu rumah tangga dan istri seorang penjaga sekolah di pelosok Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara itu meskipun mungkin Cuma fiktif,namun terasa menonjok hati ketika semua orang saat ini  terperangah dengan maraknya kasus korupsi milyaran rupiah oleh orang-orang besar negeri.
Sebuah Hadist : Dari Umar Bin Khattab r.a , berkata : ” Ketika selesai perang khaibar,beberapa sahabat Nabi SAW  pulang kembali dan mereka menyebut-nyebut bahwa “si Fulan mati sahid ,si Fulan mati sahid”, sehingga mereka bertemu dengan seseorang di tengah jalan mereka menyampaikan, “si Fulan mati sahid”. Kemudian Nabi SAW bersabda : “Tidak ! Sesunggunhnya aku melihat si Fulan berada dalam neraka karena dia menyembunyikan kain mantel rampasan  perang yang belum dibagi ”. (HR.Muslim )
Rantauprapat,28 Mei 2013