meta content='100'http-equiv='refresh'/> ZIKIR & FIKIR: 2013-10-27

Minggu, 27 Oktober 2013

KETIKA ALLAH MEMANGGIL


KETIKA ALLAH MEMANGGIL
Bismillahirrohmanirrohiiim,bismillahillazi laa ilaaha illa hualhayyulqoyyuum ; Bismillahillazi laa ilaaha illa hua zulzalaali wal ikrom ; Bismillahillazi laa yadhurru ma’aasmihi sai umfil ardhi,walaa fissamaa’i wahuassamii’ul aliim…Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad,wa’ala aali sayyidina Muhammad. Ditutupnya zikirnya subuh ini ,dimulainya hari dengan nama penguasa langit dan bumi , dan tak lupa dimohonkannya pula doa salam agar terlimpah kepada kekasih dan kecintaan Allah ; Muhammad Ibni ‘Abdillah sebagai penyerahan segala urusan hanya kepada-Nya, dan penghormatan serta kerinduannya kepada Baginda Rasulullah yang tak seorang muslim pun  tak meneteskan air mata ketika berada di depan makamnya di sebuah sudut di Masjid Nabawi,di kota Madinah yang bercahaya. Diulang-ulanginya salawat itu dengan suara lirih agar kerinduan itu lekat erat menghiasi dinding hati yang cahaya dan keindahannya diharapkannya dapat terpancar hingga pada lisan dan pendengarannya,pada gerak dan langkah kakinya.
Subuh ini lelaki  setengah baya itu mungkin sedang larut dalam keindahan rasa , karena sejuknya udara  terasa indah di hatinya. Cahaya lampu hias yang keemasan,dipandang indah. Aroma minyak wangi yang terhirup, juga membawa nuansa indah. Cahaya subuh yang mulai mengusir gelap di luar sana, mengukirkan efek yang indah. Dihirupnya nafas dalam-dalam, “ Begitu indah subuh ini…. “ kata hatinya. Diliriknya sahabatnya Yasir di bahagian lain di masjid itu yang masih tafakur sambil tangannya asyik memetik buah-buah tasbih tanpa suara tanpa kata-kata,pemandangan itu juga indah di hatinya.
 Sebenarnya dia masih ingin berlama-lama bersimpuh di masjid ini, namun entah kenapa seperti ada sesuatu di luar sana yang mengajaknya untuk segera membuka sila. Perlahan dia bangkit meninggalkan sahabatnya Yasir sendiri dalam asyik masyuknya berzikir. Subhanallah ! Dia terperanjat luar biasa karena begitu dia menghenyakkan kakinya ke lantai tubuhnya melayang sampai kepalanya menyentuh langit-langit masjid. Subhanallah ! Subhanallah ! , teriaknya dan hentakan kepalanya di langit-langit membuat tubuhnya kembali melayang ke bawah hingga kakinya menyentuh lantai. Seperti sehelai bulu angsa tubuhnya begitu ringan . Subhanallah…subhanallah…subhanallah… bisiknya berkepanjangan menghilangkan rasa terkejutnya atas kejadian ini dan kalimah itu mebuat hatinya tenang serta mengekalkan keindahan dalam segenap jiwa dan raganya.
Dia mencoba melangkahkan kaki kearah pintu dan ternyata energy yang digunakannya untuk melangkah itu  mampu menghantarkan hingga ke depan pintu yang jauhnya lebih kurang sepuluh meter dari tempat berdirinya semula,dia tidak terjatuh dan dia mulai menikmati keajaiban ini. Dia berbalik kearah dalam masjid ingin mencoba keanehan yang terjadi pada dirinya ini. Kali ini kedua kakinya serentak ia tumpukan seperti akan melompat ala katak dan , Hap !!! Tiba-tiba saja dia sudah menempel di dinding masjid dekat dengan langit-langit. “Hmmm…tak seorang manusia pun yang tau rencana dan kehendak Allah…” Fikirnya. “Siapa sangka kalau subuh ini Allah telah jadikan aku seorang Badman “. Hap! , dia pun mencoba ke sisi dinding lain, dan ziiip! Berhasil. Hap ! dan ziiip ! Hap ! Dan ziiip ! Gamis putihnya berkibaran ke sana-ke mari menimbulkan suara klepak-klepak karena dia benar-benar terbang seperti kelelawar besar berwarna putih. Sungguh aneh,begitu riuhnya the white badman ini beraksi namun sahabatnya Yasir tetap dalam kekhusu’an zikirnya kepada Allah.
Setelah berulangkali bermanuver dari sisi dinding satu ke sisi dinding yang lain,bahkan sampai-sampai dia Rolling on the sky beberapa kali,akhirnya white badman ini penat juga,ia bermaksud segera pulang dan menceritakan kebesaran Allah ini kepada isterinya.Seperti kelelawar yang akan menyergap mangsa dia pun terbang kearah pintu melintasi halaman dan landing dengan sempurna persis di depan pintu gerbang masjid ; “ Realy ! Ini bukan mimpi !” Bisiknya menegaskan dan menguatkan hatinya. “Subhanallah… Subhanallah… Subhanallah “,kembali dia bertasbih. Dia memandang alam sekitar dan sekali lagi dia diterpa rasa takjub yang luar biasa akan suatu keindahan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata karena rerimbunan pohon yang ada di seberang jalan telah berubah menjadi taman yang tertata rapi pada pandangannya dalam remang kabut temaram. Dengan liar matanya bergerak kearah kanan dan kiri ingin mengetahui secara cepat apakah seluruh alam telah berubah tiba-tiba.Dan benar saja seluruh alam sejauh matanya bisa menangkap telah berubah. Tak ada rumah-rumah , pos kamling , Tiang listrik , warung sarapan pagi , dan tak ada juga kenderaan lalu lalang meski sebuah. Seluruh pandangannya telah berubah indah dan ini bukan khayal tapi sungguhan, bukan pula mimpi tapi kenyataan karena jelas dia sedang berdiri di depan pintu gerbang masjid Al-Ikhlas Lingkungan Aek Siranda,Kelurahan Siringo-ringo,Kecamatan Rantau Utara,Kabupaten Labuhanbatu,Provinsi Sumatera Utara,kode pos 21413. Fikirannya  juga jernih tanpa rasa tertekan,takut,bingung,dan sejenis itu,buktinya dia masih ingat sampai ke kode-kode pos segala dan dia juga ingat jalan pulang arah ke kanan
Allahu Akbar ! Semakin bertambah-tambah imannya kepada Allah atas perubahan yang terjadi ini.”Innamaa amruhuu izaa arooda syai an Ayyaquula lahuu kun faya kuun. Fasubhaanallazi biyadihii mala kuu tu kulli syai iwwa ilaihi turja’uuun”.(Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu,Dia hanya berkata kepadanya : Jadilah !,maka jadialah sesuatu itu.Maha suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan). Ya…semakin kuat keyakinannya semakin indah pandangannya,semakin bahagia perasaannya,bahkan kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang meluap karena tak cukup hatinya yang sepotong itu menampungnya sehingga melimpah kemana-mana,ke tangan dan kaki ,ke hidung dan telinga,ke mata, ke kuku,ke rambut hingga seluruh bulu-bulu yang ada,ke seluruh nadi , ke usus-ususnya , ke bilik kanan dan bilik kiri jantungnya, ke pembuluh vena dan arteri , ke tulang dan sumsumnya,subhanallah…
Ia pun melangkah membawa segenap kebahagiaan hati dan keindahan pandangannya menuju rumahnya agar bertemu dengan isteri tempatnya berbagi kebahagiaan. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya,tak henti hentinya dia bertasbih kepada Allah karena pohon-pohon seakan berebutan memperlihatkan keindahannya masing-masing dengan bunga yang besar-besar berwarna-warni melambai dan menjulurkan tangkainya sehingga harum yang terkibas dari kelopak-kelopaknya menebarkan harum yang luar biasa dan tak pernah tercium olehnya sepanjang usianya. Ternayata dia hanya butuh tiga langkah saja untuk sampai ke rumahnya,karena satu ayunan langkahnya kini mampu menerbangkannya hingga lima puluh meter ke depan,dan daya lambungnya hingga dua puluh meter ke atas,ringan bagaikan sehelai bulu angsa  ditiup angin yang lembut.
“Assalamu ‘alaikuuum ya ‘Umairoh…”, ia mengucap salam kepada isterinya menirukan salam Rasulullah kepada Siti Aisyah. Tak ada jawaban dari isterinya lalu ia masuk melalui pintu samping yang biasa dibuka isterinya kuncinya sebelum melaksanakan sholat shubuh. Setelah berada di dalam rumah ia mendengar suara lembut isterinya sedang membaca Surah Arrahman,ya… suara itu begitu merdu dalam pendengaranya : “ Fabi ayyi  ‘aaalaaa irobbikuma tukazzibaaaan…”, ayat itu berulang dan berulang terus dilantunkan oleh bibir isterinya sehingga ia begitu terbuai dan terhenyak duduk di lantai di depan pintu kamar tidur mereka itu. Seluruh persendiannya seolah lepas dari tungkainya. Betapa lembut dan merdunya suara itu,betapa berkesannya makna yang terkandung dari Surah yang melantun dari bibir merah itu ; Fabi ayyi  ‘aaalaaa irobbikuma tukazzibaaaan,”Nikmat Allah yang mana lagi yang engkau dustakan ?”. Dengan enteng ia bangkit dan berniat untuk kembali lagi ke masjid berziikir dengan sahabatnya Yasir yang pasti belum pulang karena di luar langit masih temaram. Perlahan-lahan karena takut mengusik kekhusu’an isterinya ia pun beranjak ke luar dan dengan agak terburu-buru ia terbang ( bukan dalam tanda kutip ) menuju masjid dan, zzziiip ! Tau-tau dia sudah berada di depan pintu masjid.
Niatnya untuk kembali berzikir di masjid ini agaknya urung karena di dalam masjid ia melihat ada Sembilan atau sepuluh orang laki-laki yang terdiri dari sahabatnya Yasir, Jamaluddin Siagian, Sahren Munthe, Syahrul Tambak, Mugimin dan yang lainnya sedang berkerumun di depan tiang besar tempat ia biasa duduk berzikir. Dalam hatinya tak sedikit pun rasa heran tentang apa yang dikerumuni mereka dan apa yang dikerjakan mereka. Kelihatan sahabat-sahabatnya ini sedang sibuk dan panik , seseorang keluar dengan terburu-buru,seseorang masuk juga dengan terburu-buru, orang-orang masuk lagi,masuk lagi,masuk lagi bahkan ibu-ibu,pemuda,gadis remaja, dan anak-anak hingga ruangan masjid menjadi ramai sementara dia yang berdiri di depan pintu masjid itu tak seorang pun menegur. Ia tersenyum ,“ Hmm…Allah telah menutupi aku dari pandangan mereka…”,bisiknya perlahan seolah hanya ada dia dan Allah yang menyaksikan keramaian itu.
Sebahagian ibu-ibu yang hadir terlihat menangis, seorang laki-laki ada yang bersuara keras terdengar berkata dengan suara bergetar : “Tenang dulu kamu semua,tenang… orang sebaik dia…tak mungkin secepat ini dipanggil Allah… kita masih membutuhkan dia kok…”. Mendengar ucapan seperti itu apalagi dengan suara yang bergetar bukannya malah menenangkan suasana tapi malah membuat sebahagian orang menangis dengan suara yang kedengaran seperti lolongan srigala yang kesepian,seperti bunyi seruling,biola,saxofhon,dan seperti raungan pilu perempuan-perempuan suku asmat di rimba pedalaman Papua.
Akhirnya puncak kepanikan itupun dipicu oleh suara berat seseorang , seberat hati yang tak rela,dicampur air mata yang tak terbendung : “ Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uuun “. Maka pecahlah udara di ruangan masjid itu,runtuhlah tiang besar itu memporak-porandakan kubah dan menara,dinding dan mihrab oleh tangis seluruh yang hadir. “Ini berita besar…! “, fikirnya “ Isteriku harus tau ! “,lalu dengan sekuat tenaga ia pun melompat dan sampai persis di sebelah isterinya yang masih hanyut dalam Surah Arrahman. “ Umi, ada yang meninggal di masjid “, bisiknya ke telinga isterinya. Tapi karena Surah Arrahman begitu kuat mengekang hati perempuan sholeha itu berita itu mungkin tak menarik sama sekali.Karena tak ada reaksi dari isterinya ia pun beranjak naik ke tempat tidur menunggu isterinya keluar dari keindahan Surah Arrahman,tak sampai dua menit setelah ia merebahkan diri,dia pun tertidur tanpa mimpi,tanpa dengkur,tenang… setenang air yang mengalir di sungai kecil di tengah hutan yang tak terjamah oleh siapa pun,tanpa segalanya.
Akhirnya,isterinya merampungkan bacaannya pada ayat terakhir Surah Arrahman : “Tabaarokasmurobbika zil jalaali wal ikrooom “ ,”Maha suci nama Tuhanmu,pemilik keagungan dan kemuliaan”. Terdengar ketukan dan salam di luar,isterinya keluar dari kamar dan menyambut salam lalu membuka pintu. Seorang ibu yang belakangan diketahuinya adalah Ibu Marhamah segera memeluk dan menciuminya.                                                                                                                                                          “Ada apa kak ?”.
“Sabar ya buk” .
“Ya,insya Allah saya sabar”.
 “Bapak sudah dipanggil oleh Allah,di masjid”.
“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun”
Meski langit terasa runtuh,bumi seakan amblas,dan udara menjadi pengap,perempuan ini berusaha untuk tegar,karena imamnya , ya…suaminya sebulan terakhir ini sering mengingatkan tentang qadha dan qadhar adalah hak Allah, dan kewajiban kita untuk tawakkal menerimanya,setelah itu akan menyusul hak kita,yaitu balasan syurga dari Allah.
“Kak,sampaikan kepada sahabat-sahabat almarhum,jenazah bapak dibawa ke mari,saya akan memandikan dan mengkafaninya,tidak usah menunggu anak-anak yang jauh,akan segera kita kebumikan sebelum zuhur,itu syari’at agama kita yang dicontohkan baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam”.   
Matahari redup di ujung langit,wanita ini merebahkan dirinya persis disamping suaminya yang tidur pulas tanpa mimpi.
“Babah…..”, bisiknya lirih ketelinga  bangkai  suaminya itu. 

Rantauprapat,
26 Oktober 2013