(EpisodePertama)
Yang mulia itu telah pergi ribuan
tahun yang silam dijemput oleh
malaikalmaut atas perintah dari Sang Khaliq karena telah disempurnakannya tugas
kerasulannya terhadap umat manusia,dua pusaka yang tak ternilai harganya beliau
tinggalkan untuk menjadi pedoman dalam menuju ridho Ilahi. Rasulullah Muhammad
saw pada hari-hari terakhir kehidupannya masih menyempatkan dirinya untuk
berkhutbah di hadapan para sahabat beliau,meninggalkan pesan,amanat terakhir
bagi umatnya, sabda beliau : “Wahai umatku,kita semua ada dalam genggaman Allah
dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal
kepada kamu ; Alqur’an dan Sunnah. Barang siapa yang mencintai sunnahku,berarti
mencintai aku dan kelak akan bersama-sama aku masuk syurga”.
Khutbah singkat itu diakhiri
beliau dengan tatapan mata beliau yang teduh terhadap sahabat-sahabat yang
duduk terpukau dalam hening.Ada getaran lembut memancar dari tatapan mata itu yang membuat udara seakan
hampa dan segenap persendian para sahabat yang mencintai beliau begitu berat
untuk digerakkan,mereka terpaku. Apa gerangan yang menggerakkan lidah kekasih mereka itu mengucapkan kata-kata
“Kuwariskan” yang sama maksudnya dengan “Kutinggalkan”, dan… dan tatapan di
akhir khutbah itu,begitu dalam dan teduh,mengiriskan sesuatu yang sejuk di hati
mereka. Abu Bakar Assiddiq menangkap sesuatu dari tatapan itu,yang tanpa
disadarinya air matanya berlinang. Umar Ibnu Khattab dadanya naik turun menahan
sesak dan tangisnya.Ustman Ibnu Affan berulangkali menarik nafas panjang,dan
Ali Ibnu Abi Tholib tertunduk lemah tak kuasa mengangkat kepala lagi. Isyarat
itu telah datang,saatnya segera tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kami …”,
desah suara hati semua sahabat saat itu.
Laki-laki pembawa risalah Islam itu hampir usai
menunaikan tugas-tugasnya di dunia ini,tanda-tanda semakin kuat tatkala Ali
Ibnu Abi Thalib dan Fadhal dengan sigap bangkit mengejar dan menangkap kedua
tangan Rasulullah saw,yang limbung saat turun dari mimbarnya. Sepi ! Itu yang
menyergap hati segenap orang yang hadir,dan di atas Masjid Nabawi Matahari kian
tinggi. Rasulullah dibawa masuk ke kamar beliau.
******
Angin gurun berputar-putar di
antara pohon kurma di sekitar Masjid Nabawi sebelum akhirnya masuk melalui jendela , tapi pintu kamar Rasulullah masih
tertutup. Di dalamnya,Rasulullah terbaring lemah dengan kening yang
berkeringat,mengalir perlahan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidur kekasih
Allah itu.Di luar kamar,para sahabat beliau duduk tertunduk dengan fikirannya
masing-masing tentang laki-laki kecintaan mereka yang sedang terbaring lemah di balik pintu itu.
Seseorang datang dan melintasi
para sahabat tanpa ekspresi , mengetuk pintu dengan perlahan seraya berucap :
“Bolehkah saya masuk ?”,suara itu menggema menghantarkan suasana magis di ruangan masjid Nabawi yang sepi itu.
Fatimah Azzahra,putri Rasulullah saw ,
isteri Ali Bin Abi Thalib,menjawab perlahan dari balik pintu yang dia buka
sedikit : “Maafkanlah… ayahku sedang demam…” Rasulullah saw bertanya kepada
puterinya :”Siapakah itu wahai anakku ?”. “Tak tahulah ayah,sepertinya baru kali ini aku melihat orang itu”,jawab
Fatimah dengan lembut. Rasulullah menatap wajah puterinya itu dengan pandangan
yang menggetarkan hati Fatimah,seolah-olah bahagian demi bahagian dari wajah
puterinya itu hendak dikenangnya dalam kepergian yang panjang.
“Ketahuilah puteriku,orang itulah
yang menghapuskan kenikmatan sementara , dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia. Dialah malaikalmaut…”,ujar Rasulullah saw.
Air mata Fatimah spontan memenuhi
kelopak matanya dan tak terbendung mengalir deras membasahi dada
ayahnya.Cepat-cepat ia menghapus air mata itu berdiri dan pergi ke sudut
ruangan.Di sana dibiarkannya airmata itu mengalir , sembari hatinya tak
berhenti bermunajat kepada Allah swt memohon kemurahan dan kasih sayang Allah
terhadap ayahnya tercinta.
Siti Aisyah bangkit dari sisi
Rasulullah menuju pintu dan mempersilahkan pemisah pertemuan di dunia itu
masuk. Siti Aisyah meyakini Allah telah menetapkan perpisahannya dengan
suaminya tak dapat ditunda –tunda.
Ali bin Abi Thalib tersandar pada
satu sisi kamar menatap wajah sahabat dan mertuanya yang mulai pucat itu dari
kejauhan tanpa dapat berbuat dan berkata apa pun.
Makalmaut menghampiri
Rasulullah,tapi Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak ikut bersama
menyertainya.Malaikalmaut menjelaskan kepada Rasulullah bahwa Jibril
diperintahkan Allah bersiap-siap menyambut Ruh kekasih Allah di langit dunia.
Atas ijin Allah maka dipanggillah
Jibril mendekat kepada Rasulullah saw penghulu dunia ini,dan Dengan suara yang
lemah Rasulullah berkata kepada jibril : “Wahai Jibril,dapatkah kau jelaskan
kepadaku,apakah hakku nanti di hadapan Allah ?” Jibril menjawab : “ Duhai
kekasih Allah,pintu-pintu langit telah dibuka,para malaikat telah menanti ruh mu,semua syurga terbuka lebar menanti
kedatanganmu.” Namun jawaban Jibril ternyata tidak membuat Rasulullah
lega,matanya masih menggambarkan kecemasan. “Duhai Nabi,engkau tidak merasa
senang dengan kabar yang aku sampaikan ?”ujar jibril bertanya. “Kabarkan
kepadaku,bagaimana nasib umatku kelak ?”,Tanya Rasulullah. “ Jangan khawatir
wahai penghulu para nabi… aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku :
Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat Muhammad telah berada di
dalamnya “,kata Jibril.
( Bersambung ke episode kedua)
Rantauprapat,15 Mei 2014