meta content='100'http-equiv='refresh'/> ZIKIR & FIKIR: 2014-05-18

Minggu, 18 Mei 2014

DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW



(EpisodePertama)                                                      
Yang mulia itu telah pergi ribuan tahun yang silam  dijemput oleh malaikalmaut atas perintah dari Sang Khaliq karena telah disempurnakannya tugas kerasulannya terhadap umat manusia,dua pusaka yang tak ternilai harganya beliau tinggalkan untuk menjadi pedoman dalam menuju ridho Ilahi. Rasulullah Muhammad saw pada hari-hari terakhir kehidupannya masih menyempatkan dirinya untuk berkhutbah di hadapan para sahabat beliau,meninggalkan pesan,amanat terakhir bagi umatnya, sabda beliau : “Wahai umatku,kita semua ada dalam genggaman Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kamu ; Alqur’an dan Sunnah. Barang siapa yang mencintai sunnahku,berarti mencintai aku dan kelak akan bersama-sama aku masuk syurga”.

Khutbah singkat itu diakhiri beliau dengan tatapan mata beliau yang teduh terhadap sahabat-sahabat yang duduk terpukau dalam hening.Ada getaran lembut memancar dari  tatapan mata itu yang membuat udara seakan hampa dan segenap persendian para sahabat yang mencintai beliau begitu berat untuk digerakkan,mereka terpaku. Apa gerangan yang menggerakkan lidah  kekasih mereka itu mengucapkan kata-kata “Kuwariskan” yang sama maksudnya dengan “Kutinggalkan”, dan… dan tatapan di akhir khutbah itu,begitu dalam dan teduh,mengiriskan sesuatu yang sejuk di hati mereka. Abu Bakar Assiddiq menangkap sesuatu dari tatapan itu,yang tanpa disadarinya air matanya berlinang. Umar Ibnu Khattab dadanya naik turun menahan sesak dan tangisnya.Ustman Ibnu Affan berulangkali menarik nafas panjang,dan Ali Ibnu Abi Tholib tertunduk lemah tak kuasa mengangkat kepala lagi. Isyarat itu telah datang,saatnya segera tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kami …”, desah suara hati semua sahabat saat itu.

Laki-laki  pembawa risalah Islam itu hampir usai menunaikan tugas-tugasnya di dunia ini,tanda-tanda semakin kuat tatkala Ali Ibnu Abi Thalib dan Fadhal dengan sigap bangkit mengejar dan menangkap kedua tangan Rasulullah saw,yang limbung saat turun dari mimbarnya. Sepi ! Itu yang menyergap hati segenap orang yang hadir,dan di atas Masjid Nabawi Matahari kian tinggi. Rasulullah dibawa masuk ke kamar beliau.
******
Angin gurun berputar-putar di antara pohon kurma di sekitar Masjid Nabawi sebelum akhirnya masuk melalui  jendela , tapi pintu kamar Rasulullah masih tertutup. Di dalamnya,Rasulullah terbaring lemah dengan kening yang berkeringat,mengalir perlahan membasahi  pelepah kurma yang menjadi alas tidur kekasih Allah itu.Di luar kamar,para sahabat beliau duduk tertunduk dengan fikirannya masing-masing tentang laki-laki kecintaan mereka yang  sedang terbaring lemah di balik pintu itu.

Seseorang datang dan melintasi para sahabat tanpa ekspresi , mengetuk pintu dengan perlahan seraya berucap : “Bolehkah saya masuk ?”,suara itu menggema menghantarkan suasana magis  di ruangan masjid Nabawi yang sepi itu. Fatimah Azzahra,putri  Rasulullah saw , isteri Ali Bin Abi Thalib,menjawab perlahan dari balik pintu yang dia buka sedikit : “Maafkanlah… ayahku sedang demam…” Rasulullah saw bertanya kepada puterinya :”Siapakah itu wahai anakku ?”. “Tak tahulah ayah,sepertinya  baru kali ini aku melihat orang itu”,jawab Fatimah dengan lembut. Rasulullah menatap wajah puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan hati Fatimah,seolah-olah bahagian demi bahagian dari wajah puterinya itu hendak dikenangnya dalam kepergian  yang panjang.

“Ketahuilah puteriku,orang itulah yang menghapuskan kenikmatan sementara , dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikalmaut…”,ujar Rasulullah saw.
Air mata Fatimah spontan memenuhi kelopak matanya dan tak terbendung mengalir deras membasahi dada ayahnya.Cepat-cepat ia menghapus air mata itu berdiri dan pergi ke sudut ruangan.Di sana dibiarkannya airmata itu mengalir , sembari hatinya tak berhenti bermunajat kepada Allah swt memohon kemurahan dan kasih sayang Allah terhadap ayahnya tercinta.

Siti Aisyah bangkit dari sisi Rasulullah menuju pintu dan mempersilahkan pemisah pertemuan di dunia itu masuk. Siti Aisyah meyakini Allah telah menetapkan perpisahannya dengan suaminya tak dapat ditunda –tunda.

Ali bin Abi Thalib tersandar pada satu sisi kamar menatap wajah sahabat dan mertuanya yang mulai pucat itu dari kejauhan tanpa dapat berbuat dan berkata apa pun.
Makalmaut menghampiri Rasulullah,tapi Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak ikut bersama menyertainya.Malaikalmaut menjelaskan kepada Rasulullah bahwa Jibril diperintahkan Allah bersiap-siap menyambut Ruh kekasih Allah di langit dunia.

Atas ijin Allah maka dipanggillah Jibril mendekat kepada Rasulullah saw penghulu dunia ini,dan Dengan suara yang lemah Rasulullah berkata kepada jibril : “Wahai Jibril,dapatkah kau jelaskan kepadaku,apakah hakku nanti di hadapan Allah ?” Jibril menjawab : “ Duhai kekasih Allah,pintu-pintu langit telah dibuka,para malaikat telah menanti  ruh mu,semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” Namun jawaban Jibril ternyata tidak membuat Rasulullah lega,matanya masih menggambarkan kecemasan. “Duhai Nabi,engkau tidak merasa senang dengan kabar yang aku sampaikan ?”ujar jibril bertanya. “Kabarkan kepadaku,bagaimana nasib umatku kelak ?”,Tanya Rasulullah. “ Jangan khawatir wahai  penghulu para nabi… aku pernah mendengar  Allah berfirman kepadaku : Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya “,kata Jibril.
( Bersambung ke episode kedua)
Rantauprapat,15 Mei 2014