meta content='100'http-equiv='refresh'/> ZIKIR & FIKIR: 2013-07-14

Sabtu, 20 Juli 2013

MENCARI MAKNA MASBULLOH




                                       Mencari Makna Masbulloh

Bulan puasa begini jika kita hayati pengamalannya membuat iman kita meningkat dan perilaku orang di luar sana yang bermacam ragam terkadang bisa membuat tekanan darah kita meningkat juga.
Kemarin sore saya dan isteri mencoba suasana baru dalam menanti tibanya waktu berbuka puasa yaitu jalan-jalan sore sambil mencari penganan yang pass buat selera orang setua saya dan isteri.

Dari rumah saya mulai JJS ini dengan bismillah untuk mencari suasana baru setelah satu minggu mengurung diri dan memenjarakan mata di rumah,tanpa infoteintmen plus tanpa sajian aurat para artis,bahkan tanpa acara-acara televisi berlabel Hikmah Ramadhan berbalut maksiat itu.
Saya duduk di belakan stir dan si Hajjah di samping saya sebagai navigator dalam hunting ride dalam rangka memanjakan lidah ketika berbuka nanti. Musik di radio seakan menenggelamkan kami dalam lautan dosa ,betapa tidak lagu yang diputar oleh operator di ujung sana adalah lagu yang liriknya syarat maksiat : Ku hamil duluan , sudah tiga bulan gara-gara pacaran .......... berduaan , tapi anehnya meskipun sedang berpuasa lagu cabul itu terus mendampingi perjalanan kami karena mungkin fokus perhatian kami cuma satu memilih-milih makanan yang berjejer sepanjang jalan yang tepat untuk berbuka puasa dan lagu itu terabaikan. 
Kaca depan mobil seperti rolling etalase menyajikan berbagai pajangan yang jika dipandang tidak dengan filter iman maka ketika pulang dari niat baik membeli bukaan ini bagasi mobil akan penuh dengan bungkusan-bungkusan dosa mata,dan puasa hari ini menjadi ringan timbangannya karena pahalanya telah banyak berkurang.
Di ujung episode JJS bersama si Hajjah ini selera saya tertarik pada kue tradisional bernama Ongol-ongol , kue seperti ini dulu di kampung adalah kue trade mark almarhum Ummi saya karena di sawah ada pohon sagu yang jika sudah tua suka ditebang Almarhum Babah saya untuk diambil sagunya.( Ah... sebuah nostalgia biru...) Mobil berhenti,kami berdua turun ke ongol-ongol itu.
Ketika si Hajjah menunggu antrian penjual membungkus kue nostalgia itu,hidung saya menghirup aroma parfum yang cukup menggoda,dan tanpa istighfar sebelumnya mataku memaksa leherku berputar ke arah belakang mencari sumber aroma.Ternayata dua orang perempuan muda tanpa jilbab,dan memang harus tanpa jilbab karena mereka berdua memakai T.Shirt ketat tanpa tangan dan celana pendek sebangsa Jin ( Maksudnya Jeans ),jadi syukurlah mereka tidak memakai jilbab padahal dari paras wajahnya saya yakin mereka berdua adalah muslim.
Jantung saya berdetak lebih kencang dari biasa,bukan karena apa-apa melainkan hati saya berkata saya harus menegur kedua orang yang mengobral aurat di tengah kerumunan orang laki-laki dan perempuan yang tengah berpuasa. Saya berbalik karena mereka persis di belakang saya.
" Dik ! Hargai sedikit bulan Ramadhan dan orang-orang yang sedang berpuasa ini kenapa ?" Sebuah teguran telak dan langsung ke mulut gawang.
" Kenapa rupanya pak Haji ? ",kata yang berkulit lebih gelap menangkap bola dan melemparkannya ke mulut gawang saya.
" Ini kan bulan ramadhan sebaiknya adik berdua berpakaian sopan,dan tertutup lah ! "
Belum sempat seperdelapan detik,kata-kata saya itu sudah disambar oleh masih si kulit gelap tadi ; " Bapak Masbulloh , ya ? "
Pertanyaan yang menyambar itu saya tercekat dan agak agak ragu akan originalitas telinga saya,apakah dia menanyakan nama saya , atau kata Masbulloh ini adalah istilah bahasa Arab yang lagi trend sebagai istilah untuk orang yang memberi nasehat sambil marah.
" Apa kamu bilang ? ", tanya saya.
" Bapak Masbulloh,ya ?",katanya menegaskan.
" Bukan,saya haji Sayyid ",jawab saya yakin.
" Bukan nama bapak yang saya tanya". Kata si kulit gelap sementara si kulit putih dari tadi saya lihat senyam - senyum kepada temannya itu.
Kalau bukan menanyakan nama saya,lalu apa itu Masbulloh yang dimaksudkan oleh perempuan yang tak beretika busana ini ? Saya bengong,mereka meninggalkan saya untuk maju ke antrian depan saya.
Saya melangkah meninggalkan mereka dan cepat-cepat menuju mobil dan tak berani melihat ke belakang sama sekali.
Di sepanjang jalan pulang fikiranku tertuju terus kepada apa makna kata Masbulloh tadi. Kucoba mengingat maknanya dari kamus bahasa Arab tidak ketemu,call a friend juga nggak tau.Sungguh aku telah tenggelam dalam penasaran yang luar biasa.
Sesampai di rumah saya cepat-cepat memanggil puteri saya dan menceritakan peristiwa yang membuatku penasaran tersebut secara lengkap.
" Jadi mbak-mbak itu bertanya babah Masbulloh ya ? Begitu ? ". Tanya puteri saya juga sambil senyam-senyum.
"Iya,kenapa ? Apa maksudnya Masbulloh ?
"Mbak itu kesal ditegur seperti itu,bah ",kata puteri saya.
" Jadi....?"
" Jadi Mbak itu bilang Masbulloh !"
" Apa itu Masbulloh ?"
" Masalah buat Loh ?"
 Mati aku....!