MEMBIASAKAN DIRI MENJADI MANUSIA
YANG BAIK
Pesan Cik Mardhiyah
Cik
Mardhiyah baru saja menyelesaikan pekerjaan rutinnya di malam hari ini,yaitu
mengikat kangkung yang dipetiknya sore tadi di rawa yang berbatasan dengan
perkebunan sawit tak begitu jauh dari rumahnya untuk dijualnya esok pagi ke
pasar. Cik Mardhiyah adalah seorang janda miskin , dia hanya memiliki seorang
anak laki-laki yang saat ini sedang mengikuti perkuliahan di salah satu
perguruan tinggi negeri di kota Medan yang berjarak lebih kurang 300 kilometer
di dari kota kecil tempat dia tinggal.
Biaya
kuliah putera kesayangannya dan kebutuhan hidupnya sehari-hari digantungkannya
pada kangkung liar yang tumbuh subur di rawa milik seorang tetangganya itu yang
oleh Cik Mardhiyah rawa itu dipandangnya sebagai rawa pemberian Allah Swt,yang
dipelihara,dipupuk dan dirawat oleh Allah Swt pula hanya untuk dia dan
puteranya.Atas karunia Allah ini Cik Mardhiyah bersyukur dengan cara menunaikan
kewajibannya melaksanakan sholat tanpa alasan untuk ditinggalkan,bersosialisasi
dengan masyarakat secara baik,berinfaq dan bersedekah meskipun sangat sedikit
jumlahnya,berpuasa wajib dan sesekali puasa sunnah,menjaga dan memelihara
auratnya,suka menolong, dan tak pernah mau terlibat dalam forum pergunjingan
untuk kata-kata yang sia-sia.
Cik
Mardhiyah dikenal sebagai orang yang baik,meski sebagai seorang pemetik dan
penjual kangkung liar beliau mampu melanjutkan hidupnya serta pendidikan
anaknya sampai perguruan tinggi tanpa harus meminta-minta dan menghutang kepada
tetangga kanan dan kiri.
Bersyukur
adalah kebalikan dari mengeluh,dan Cik Mardhiyah tak pernah mengeluh,menurut
Cik Mardhiyah dengan mengeluh beban bathin akan semakin berat, bathin semakin tidak
tenang,hidup tidak bahagia , karena fikiran
akan selalu tertuju pada masalah demi
masalah,sehingga masalah akan terus berdatangan sebab masalah telah begitu melekat
erat dalam fikiran.
Pesan Cik Mardhiyah : Jadilah kamu menjadi orang yang bersyukur, jangan suka mengeluh !
Pesan Cik Mardhiyah : Jadilah kamu menjadi orang yang bersyukur, jangan suka mengeluh !
Pesan
Rekan saya
Suatu
hari rekan saya yang tak ingin saya sebutkan namanya mendapat sebuah musibah
kecil yaitu telefon selularnya seharga Rp.1 jutaan hilang di masjid.
“Hilang
hp saya…”,katanya hampir tanpa ekspresi.
“Di mana ?”,Tanya saya.
“Sudah…”
“Memang
dasar orang kampung ini tak punya iman,sholat pun masih sempat mengambil yang bukan miliknya”,gerutu saya kesal karena
kasihan sama rekan saya itu.
“Jangan
menyalahkan orang sekampung ini.Sudahlah, Allah sudah menetapkan demikian.
Mungkin yang mengambilnya sangat butuh
uang,jadi kita niatkan saja sebagai sedekah bagi yang mengambilnya.
Saya pun terdiam sampai kami berjabatan
tangan untuk berpisah.
Tiba di rumah saya mendapat telefon dari
suami adik isteri saya,katanya mereka kepingin beli mobil bekas tapi yang masih oke punya,minta
dicari kan.
“Datang
saja besok,kita sama ke rumah rekan saya”,maksud saya rekan saya yang
kehilangan telefon selular tadi,kebetulan memang dia
berprofesi jual beli mobil bekas.Singkat kata singkat cerita besoknya kami ke rumah rekan saya itu
sekedar tanya-tanya dulu. Sebuah mobil kelihatan mengkilap parkir di garasi,rupanya begitu
melihat mobil di garasi itu suami adik isteri saya ini sudah deg-degan “Jatuh cinta pada pandangan
pertama “ , sehingga ketika kami ngobrol,tanya itu ini rekan saya itu bilang : “ Itu
saja,yang di garasi. Masih mulus,mesin bagus,harganya murah”.
“Berapa
?”
“
#^*#@** saja”.
“Ah…**#*#$,saja
ya..”
“Kapan
di bayar ?”
“Hari
ini juga bisa!”
“Okelah”.
“Deal
?”
“Deal!”,mereka
bersalaman.
Keesokan
harinya teman saya penjual mobil itu menelefon saya,katanya keuntungan
penjualan mobil itu sebesar delapan juta rupiah,dan dia akan member saya hadiah
satu buah hanphone seharga saya bilang terima kasih,tapi minta yang mentahnya
saja ( diuangkan saja maksud saya ).
Diakhir
pembicaraan rekan saya berpesan : “Bagaimana ? Masih kurang yakin tentang
pentingnya berfikir positif ? Menanam benih positif pada fikiran akan
menghasilkan ucapan dan tindakan positif yang akan bermuara pada kebiasaan-kebiasaan positif, dan
kebiasaan-kebiasaan positif akan
menghasilkan sesuatu yang positif.
Pesan
Ustadz Khair
Ada
kebiasaan yang kami lakoni dengan Ustadz
yaitu berbincang berdua setelah selesai sholat Maghrib di teras samping
masjid sederhana di lingkungan kami.Suatu hari perbincangan kami terfokus pada
sikap berempati,yaitu memposisikan diri pada posisi orang lain yang biasanya
pada saat orang lain tersebut mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan,misalnya
ketika seseorang mengalami kesusahan,sakit keras,tertimpa musibah,difitnah dan
lain-lain.
“Kalau
memposisikan diri pada posisi orang lain yang sedang dalam keadaan
senang,kaya,sukses,punya jabatan tinggi dan
lain sebagainya bukan disebut berempati tapi berkhayal namanya”,kata Ustadz Khair.
Dari
perbincangan kami tersebut saya menarik kesimpulan bahwa memelihara sikap
berempati kepada sesama merupakan tindakan yang mulia karena selain untuk dapat
merasakan ketidakenakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,sikap ini
juga dapat mendongkrak rasa syukur kepada Allah pada tingkat syukur yang
tinggi.
Pesan
Ustadz Khair : “Tumbuhkan dan peliharalah sikap empati niscaya Allah akan
membalasmu dengan kemuliaan demi kemuliaan !”
Pesan
Saya
Terkadang
saya terenyuh melihat pola hidup beberapa keluarga yang saya kenal dengan baik,ada
keluarga muslim yang rutinitasnyaseperti berikut : Mereka sangat sering bangun jam tujuh pagi lalu kedengaran sibuk
pontang panting,bentak sana bentak sini terdengar di dalam rumah itu ,anak-anak
buru buru dipanggilkan beca untuk ke sekolah,tidak sempat sarapan pagi lalu
lebih kurang jam sembilan suami baru berangkat ke kantor kebetulan beliau
adalah PNS.Karena bangun siang ( jam tujuh pagi ) isterinya tidak sempat
memasak sarapan pagi lalu suami sarapan di kantin sebagai sebuah
kebiasaan.Anak-anaknya juga demikian biasa sarapan di kantin sekolah.Isterinya
juga tidak mau ketinggalan untuk sarapan pagi di warung dekat rumah.
Siang
hari lebih kurang jam tiga belas anak-anak mulai pulang sekolah,suami suami
biasanya pulang jam tujuh belasan,waktu maghrib bukan waktu yang tenang di
rumah mereka,melainkan waktu yang super riuh karena memanggil anak-anak untuk
pulang,untuk mandi,dan untuk makan sementara anak- anak lain mengaji di masjid
anak-anak di rumah itu nonton TV.Akan halnya suami pulang dari kantor lalu
kedengaran mandi dan setelah itu nonton TV bersama isteri dan anak-anak mulai
saat azan maghrib sampai menjelang pukul dua puluh empat. Kapan sholatnya ?!
Begitu
rutinnya setiap hari mereka terjebak dalam hal-hal yang tak penting sementara
hal-hal yang penting mereka lupakan dan mereka tinggalkan.
Pesan
saya : Jangan ditiru keluarga seperti demikian ! Dahulukan hal-hal yang penting
!
Pesan
Pak Guru
Nama
beliau adalah Drs.Zainal,di lingkungan kami biasa dipanggil Pak Guru karena
beliau adalah guru di salah satu SMP
Negeri.Ceritanya banyak sekali yang mengandung hikmah padahal cerinya
kadangkala bukan semacam hikayat atau kisah dari buku-buku agama melainkan
hanya cerita keseharian yang ngalor ngidul belaka,tapi ada pesan dibalik cerita
itu.
Dulu,katanya
beliau punya seorang atasan atau kepala sekolah yang punya banyak ide untuk
membina anak-anak di sekolah itu.Hampir setiap hari ada saja gagasan beliau
yang disampaikan kepada guru-guru,mulai dari akan mendatangkan secara khusus
seorang seniman untuk melatih tari sampai kepada menjalin kerjasama dengan PTPN III untuk
menjadikan sekolah yang dipimpinnya itu menjadi sekolah yang berstandar
internasional. “Tapi sayang… “, kata Pak Guru ide dan gagasan itu tak lebih
dari omong doang alias : “ No
action,talk only “. Rencana setinggi langit tapi tak pernah ditindaklanjuti.
Untuk apa ?
Pesan
Pak Guru : “Banyak orang bermimpi, tapi tidak pernah bertindak. Orang-orang
sukses bertindak bahkan berkali-kali sebelum mereka sukses. Tak akan ada hasil
tanpa tindakan. Degan bertindak, nasib baik lebih berpeluang akan terjadi”.
Pesan
Ibu Saya
Mungkin
dua puluh lima tahun yang lalu ibu saya memandang saya sebagai anaknya yang mau
menerima nasehatnya dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain.Buktinya seingat
saya hanya saya yang hampir setiap hari dinasehatinya dengan bermacam
nasehat.Sekarang setelah beliau tiada dan saya pun sudah menjelang usia senja
barulah saya akui dan rasakan benar manfaat nasehat ibu saya itu dalam
kehidupan saya baik sebagai PNS rendahan,sebagai ayah,sebagai suami,sampai
kepada sebagai anggota masyarakat nasehat-nasehat itu begitu bermanfaat. Semoga
Allah merahmati arwah ibu saya.
Salah
satu Nasehat ibu saya tersebut adalah sebagai berikut : “Lin…”, kata beliau :
“Perbuatan baik akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan,maka selama hidup,dan
selama punya kemampuan taburkanlah kebaikan kepada sesama secara ikhlas”.
Pesan Kakak Saya Syarifah Zuraidah
Kakak saya
yang bernama Syarifah Zuraidah ini sudah seperti ibu saya dalam perasaan
saya.Pasalnya karena sejak tamat SD saya ikut beliau untuk melanjutkan sekolah
ke SMP samapai saya tamat SPG,dia juga merawat saya sama dengan perlakuannya
merawat anak-anaknya yang tidak begitu jauh perbedaan usianya dengan saya.Suatu
hari beliau menyuruh saya untuk membeli sesuatu ke kedai tempat belanja
keperluan sehari-hari yang tidak begitu jauh dari rumah.Ternyata uang yang
diberikan untuk membeli sesuatu itu masih berlebih atau ada kembaliannya.Oleh
saya saat itu uang kembalian itu tidak saya kembalikan kepada kakak saya
melainkan saya sembunyikan dengan harapan kalau ditanya akan saya kembalikan,tapi
kalau tidak ditanya maka uang itu akan jadi milik saya. Ternyata oleh kakak
saya dua hari kemudian uang itu ditanya.Hal itu membuat saya tak sempat
berfikir panjang dan saya jawab : “Tidak ada kembaliannya”,kakak saya itu marah
karena dia tau uang yang diberikannya pasti berlebih.Saya diminta jujur
menjawab,dan setelah sekian lama saya bertahan dengan kebohongan saya akhirnya
saya menjawab jujur bahwa uang kembaliannya sudah saya belikan jajanan di
sekolah.
Pesan
kakak saya : “Dengan membiasakan diri bersikap jujur maka hidup akan lebih nyaman
dan dipenuhi kebaikan”.
Rantauprapat,13 April 2014