meta content='100'http-equiv='refresh'/> ZIKIR & FIKIR: 2013-07-07

Sabtu, 13 Juli 2013

Gizi Bagi Iman


 Gizi Bagi Iman

Sebagaimana jasad raga kita Iman juga butuh gizi dan perlindungan agar ia tumbuh bersemi,sehat,kuat dan tahan uji.Iman yang bersemayam di dalam qolbu manusia akan terinfeksi berbagai virus penyakit yang menghinggapi qolbu sehingga secara bersamaan antara iman dan qolbu saling mempengaruhi yang dampaknya akan terlihat secara zahir berupa amal perbuatan jasmani.
Rasulullah saw dalam salah satu hadistnya menyebutkan bahwa di dalam diri seorang hamba terdapat segumpal daging yang apabila daging tersebut baik (sehat)maka baiklah amalnya,namun apabila segumpal daging tersebut buruk (tidak sehat) maka buruk pula amalnya. Itulah qolbu ! Jadi,antara Iman,Qolbu,dan amal saling berkaitan pula.

Saudaraku muslim yang dimuliakan Allah,siapakah yang dapat melindungi, memupuk dan merawat qolbu dan iman kalau bukan kita yang punya jasad tempat bersemayamnya kedua unsur vital tersebut, yang menjadi penentu bagi kebahagiaan di dunia dan kemaslahatan hidup di akhirat.Permasalahnnya adalah bagaimana melindungi,memupuk dan merawat qolbu dan iman agar terjaga,tumbuh subur,serta sehat,apalagi qolbu dan iman keberadaannya bersifat ghaib.

Mungkin beberapa hal di bawah ini dapat menjadi pertimbangan bagi saudaraku muslim yang awam seperti saya dalam upaya melindungi,memupuk,dan merawat qolbu dan iman.
Pertama : Lindungi qolbu dengan menjauhi maksiat.
Kedua    : Kikis penyakit qolbu dengan banyak-banyak istighfar.
Ketiga    : Tenangkan qolbu dengan mendawamkan zikir.
Keempat :Jinakkan qolbu dengan rutinitas membaca Alquran.
Kelima   : Bangkitkan gairah qolbu dengan kecintaan duduk dalam majelis ilmu.

Saudaraku muslim, kemajuan iptek saat ini di satu sisi memang tidak dapat kita pungkiri sangat banyak memberikan kemudahan bagi kehidupan umat manusia,tetapi di sisi lain iptek teramat banyak menebarkan maksiat,bagaikan hujan anak panah yang bertubi-tubi menyerang qolbu orang yang beriman maupun yang tidak beriman. Namun demikian meskipun terlalu berat untuk menjauhi maksiat,adalah sebuah keharusan bagi kita untuk menjauhinya jika ingin menyelamatkan qolbu atau hati kita ini dari kerusakan.
Ketahuilah saudaraku,sebahagian orang menganggap maksiat itu adalah perbuatan dosa besar saja seperti berzina,membunuh,mencuri,berjudi,merampok,memperkosa dan lain sebagainya yang jumlahnya terbatas,padahal bicara bohong adalah maksiat,berlebihan dalam memandang adalah maksiat,memakan makanan yang tak jelas halalnya adalah maksiat,bergaul dengan orang-orang jahil juga maksiat,dan tentunya banyak lagi bahkan sulit dihitung dengan angka maksiat-maksiat yang terus menerus menyerang qolbu kita sehingga jika tidak kita lindungi maka qolbu kita akan sakit dan semakin kronis yang akan menghantarkan kita menjadi manusia durjana yang tak mampu menemukan Shiraat Mustaqiim , jalan kembali kepada Allah yang dekat tidak berantara dan jauh tidak berjarak.

Saudaraku muslim rahimakumullah,Imam Al-ghozali mengumpamakan qolbu manusia seperti cermin yang apabila tidak pernah dihapus atau dibersihkan,sebuah cermin akan menjadi kusam berdebu sehingga tidak dapat menangkap cahaya,dan tidak pula dapat memantulkannya.Begitu pula qolbu kita jika tidak selalu dibersihkan dengan istighfar,maka ia akan menjadi gelap kusam tak dapat menerima nur hidayah dari Allah dan tidak pula mampu membagikannya kepada sesama muslim.
Banyaklah kita beristighfar mohon ampun kepada ilahi robbi yang maha pengampun sebanyak apapun dosa yang telah kita perbuat.

Saudaraku muslim yang dirahmati Allah,qolbu atau hati manusia cenderung dipenuhi dengan kecemasan dan ketakutan dalam konteks keduniaan.Kita selalu cemas menghadapi kehidupan ini, yang miskin takut tidak dapat menafkahi keluarga,takut tidak mampu menanggulangi biaya pendidikan anak-anak,takut dihina dan dicaci jiran tetangga karena hidup miskin. Mereka yang kaya cemas mengalami kebangkrutan,takut jatuh dari jabatannya,takut menjadi miskin,takut dilecehkan oleh orang lain.Kondisi qolbu yang cemas seperti ini akan menjadikan hidup kita tidak syakinah,melainkan selalu gelisah dan keluh kesah sehingga tidak ada kebahagiaan,dan akan membawa kita kepada kehidupan yang mengejar uang,mengejar harta tanpa kenal waktu,tanpa kenal agama.Agar kita tidak terjerumus pada kondisi qolbu yang liar dan kehidupan memburu harta seperti itu maka rutinkan berzikir mengingat Allah,luangkan waktu di sela kesibukan untuk Sholat mengingat Allah.

Saudaraku,kenikmatan dunia ini tidak berarti sama sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan yang akan kita terima di syurga nya Allah swt , waktu bagi kita juga dalam menikmati keindahan dunia ini sangat singkat,hanya berkisar 60 tahun sampai 70 tahun saja,sedangkan kenikmatan di syurga itu kekal abadi selama-lamanya,sehingga menurut hemat saya tak perlulah kita sampai bringasan dalam mereguk kenikmatan dunia ini sampai-sampai kita menghalalkan yang haram,lupa daratan,lupa diri dan lupa bahwa ada masanya kita ini akan mati dan dimintai pertanggungjawaban akan umur,akan anak,akan isteri,akan harta dan kewajiban-kewajiban kita lainnya yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Jangan biarkan kehidupan bringas dan liar menguasai qolbu dan diri kita,jinakkan dengan mengamalkan secara istiqomah membaca Alquran.

Saudaraku muslim tercinta,sebahagian kita kaum muslimin qolbunya tidak bergairah dalam beragama,ia berprinsip agama itu hanya sebuah tuntunan untuk hidup dalam berbuat baik,jika kita sudah bisa berbuat baik sesama manusia,berbuat baik kepada keluarga dan jiran tetangga sudah cukup.Tak perlu repot-repot sholat berjamaah ke masjid, tak perlu menghadiri hajatan tetangga, tak perlu aktif dalam mengurusi jenazah,mengurusi anak yatim,fakir miskin, tak perlu mengikuti pengajian,silaturahmi,dan tetekbengek agama yang lainnya. Qolbu yang seperti ini adalah qolbu yang tanpa gairah agama. Jika semua kaum muslimin berprinsip seperti ini maka sudah lama sekali Islam itu tinggal kenangan saja.Gairahkan kehidupan beragama dalam diri kita dengan mencintai majelis ilmu,karena  majelis ilmu akan membuka cakrawala berfikir islami,melatih diri untuk menghargai pendapat orang lain , membahas aktifitas keagamaan lainnya dalam rangka mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat juga.

Akhirnya saudaraku muslim yang dirahmati Allah,ingatlah : Awal bencana bagi seorang hamba Allah adalah kerasnya hati,awal kerasnya hati adalah membiasakan diri dalam lupa kepada Allah,membiasakan diri tidak mengerjakan sholat,membiasakan diri tidak puasa Ramadhan,tidak berzakat,tidak bersedekah,membiasakan diri asyik dengan tipu daya dunia,membiasakan diri dengan maksiat baik besar mau pun kecil.

**Rantauprapat,18 Juni 2013. 







Jumat, 12 Juli 2013

Sayyidul Istighfar



Kepada Saudaraku

Saudaraku , jikapun dosa telah terlanjur bertumpuk menimbun qolbu,karena maksiat telah menjadi kelaziman dalam jejak kehidupanmu,berusahalah mencari celah di antara kegelapan hati yang memungkinkan bisa kau tembus sekedar mencari setitik cahaya dari atas sana,agar mata hatimu bisa memandang bahwa masih ada ruang lain yang terang benderang di luar kegelapan ini,atau berupayalah menelusuri selubang jarum fentilasi untuk hatimu bisa bernafas bahwa masih ada kelapangan,di ujung sana di luar kesempitan yang menyesakkan ini.

Jangan biarkan kegelapan itu terus-menerus mengurungmu saudaraku meskipun mungkin kegelapan itu saat ini membuat dirimu nyaman tanpa cahaya atau bahkan mungkin saat ini cahaya itu begitu menjengkelkanmu.Jangan biarkan ruang di hatimu pengap karena kau wahai saudaraku membutuhkan udara seperti ikan membutuhkan air.Gelap dan pengap sesungguhnya adalah kondisi yang tak nyaman,tetapi oleh musuh nyata kita yang bernama syaithan gelap dan pengap itu dihiasinya dengan illusi dan kenikmatan semu sehingga gelap menjadi penuh warna dan pengap menjadi segar dan penuh pesona.

Mungkin jalan telah jauh tertempuh,dan masa telah menelantarkanmu di ruang gelap dan pengap ini, mungkin segalanya telah berubah karena rambu-rambu yang dulu terpancang di sudut-sudut qolbumu turut menjadi kelam dan hitam,sehingga kau wahai saudaraku tak tau jalan pulang,padahal jalan pulang itu begitu tegas dan nyata berdebar dengan ritme yang teratur menyeru Dia yang lidah tak kuasa menyebutnya karena Dia tanpa huruf dan lafal,Dia yang maha halus akan tetapi melingkupi seluruh alam,Dia jalan pulang itu yang mampu menghadirkan ramai dalam kesepian,dan sebaliknya sepi dalam keramaian. Pada debar itu pulalah sumber cahaya yang telah kau tutup tebal dan kental dengan maksiat demi maksiat.

Jika engkau saudaraku membaca tulisanku ini maka ingatlah apa yang diajarkan oleh guru kita dulu ketika di kampung yang telah sama-sama jauh kita tinggalkan,yaitu Sayyidul Istighfar : Allahumma anta robbi , laa ilaha illa anta kholaqtani wa ana 'abduka , wa ana 'ala ahdika wawa'dika mastatho'tu, a'uuzubika min syarri maa shona'tu abuu'ulaka bini'matika alayya,wa abuu'u bi zanbi,faghfirli, fa innahu laa yaghfiruzzunuuba illaa anta.
" Wahai Allah Engkaulah Tuhan yang memelihara aku,tidak ada Tuhan sesembahan yang lain selain Engkau,yang telah menjadikan aku,dan aku adalah hamba-Mu,dan atas apa yang telah Engkau janjikan sedapat mungkin aku lakukan. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari pada bahaya apa yang kelak aku lakukan. Aku mengakui benar-benar akan nikmat-Mu yang telah Engkau berikan,dan aku mengakui dosa-dosaku,maka ampunilah aku.Sesungguhnya tiada yang berhak mengampuni dosa kecuali Engkau ".

Cobalah gerakkan lisanmu melafazkan kalimat demi kalimat dengan fasih dari frase yang singkat ini sebagaimana guru kita yang mulia mengajarkan dengan fasih sayyidul istighfar ini. Masihkah saudaraku ingat guru kita mengajarkan kalimah ini dengan setengah berbisik kepada kita berdua,seakan-akan kalimah ini berupa rahasia antara kita bertiga : Berkata Guru kita yang mulia, "Cobalah kamu ucapkan istighfar seperti ini yang isinya lebih komplit dan khasiatnya lebih besar yang biasa pula diucapkan oleh Nabi Sallallhu alaihi wasallam,inilah sayyidul istighfar...." Sekali lagi kuingatkan kepadamu saudaraku,guru kita mengajarkannya kepada kita dengan setengah berbisik,ya...setengah berbisik.

***** Saudara muslim pembaca yang budiman ,yang kondisi iman dan amalnya dalam keadaan gelap dan pengap seperti sahabat sekampung saya tersebut di atas, coba baca sayyidul istighfar ini dengan khusuk' tiga sampai lima kali saja. Insya Allah saudaraku segera keluar dari kegelapan tersebut.








Minggu, 07 Juli 2013

Apresiasi Puisi Religi Zainab Alkausar


                         
  Aku dan Pinta

Hingga ujung kalam-Nya nanti
aku tak hendak menyisipkan lara dalam setiap perjumpaan
Yang kutahu hanya satu
Bilik-bilik hati yang terasa hening ini
kunikmati dengan segenap doa

Bahkan ketika yang ditakdirkan dalam masa itu tiba
Yang terpinta dalam sepanjang sajadah itu
Hanyalah ku dan Mu

Juga tak lupa bahwa jiwa yang sebenarnya
selalu menyimpan kesah ini
Adalah raga yang tak sanggup berdiri
tanpa kasih juga hendak-Nya

Pun jika kelak,mata menutup selamanya
Adalah pinta untuk mati
dalam istiqomah dan husnul khotimah

-Hidup mulia atau mati sahid
Rantauprapat,26 Oktober 2012
Zainab Alkausar

Demikian Zainab Alkausar mengkomunikasikan isi hatinya kepada pembaca bahwa betapa pun penderitaan hidup yang dialami oleh beliau ( penyair ) , beliau tak pernah mau untuk menunjukkannya kepada sang khalik dalam setiap kesempatan , apakah ketika beliau berdoa,maupun mungkin ketika beliau sholat.Penyair kelihatannya seorang yang menerapkan sikap qona'ah dalam mengharungi kehidupan ini,beliau menikmati saja suasana hati yang dimilikinya sebagai sebuah kebahagiaan tersendiri,ya kebahagiaan hidup berada dekat dengan sang pemberi kebahagiaan,ketenangan,dan keteduhan.
Aku tak hendak menyisipkan lara dalam tiap perjumpaan  
Yang kutahu hanya satu
Bilik-bilik hati yang terasa hening ini
kunikmati dengan segenap doa
( Aku tak mau berkeluh kesah kepada-Mu wahai Allah,karena bagiku segala apa yang Kau beri ke dalam hati ini adalah anugrah yang kunikmati dengan penuh rasa syukur kepada-Mu)

Bahkan dalam setiap doanya , ketika Allah mentakdirkan untuk memanggilnya , Zainab Alkausar tidak menginginkan apa-apa selain hanya Allah dan dirinya saja,karena beliau sadar keluh kesah meskipun di dalam hati adalah bukti bahwa sesungguhnya beliau adalah makhluk yang dha'if yang tak sanggup berbuat apa-apa tanpa kasih sayang dan pertolongan dari Allah semata.
Juga tak lupa bahwa jiwa yang sebenarnya
selalu menyimpan kesah ini
Adalah raga yang tak sanggup berdiri
tanpa kasih juga hendak-Nya
( Kuakui,keluh kesah atas penderitaan hidup yang Kau takdirkan kepadaku selalu mendera hati ini,dan itu adalah bukti bahwa aku ini adalah hamba-Mu yang lemah , jika tanpa kasih sayang dan pertolongan-Mu wahai Allah )
Di akhir puisinya Zainab Alkausar kembali mengungkapkan satu harapan bahwa jika pun Allah memanggilnya nanti Zainab berharap dipanggil dalam istiqomah di jalan Allah,dan husnul khotimah, sebagai akhir kehidupannya yang baik dalam pandangan Allah.
Pun jika kelak,mata menutup selamanya
Adalah pinta untuk mati
dalam istiqomah dan husnul khotimah

Sederhana memang puisi religi berjudul Aku dan Pinta ini,namun kata yang dipilih oleh Zainab untuk mewakili perasaannya begitu lancar mengalir dan menurut saya mampu membuai pembacanya larut dalam suasana hening seperti heningnya bilik-bilik hati Zainab dalam kebahagiaan yang bukan karena materi keduniaan,melainkan karena merasa Allah selalu ada di sana , bersemayam di bilik-bilik hati Zainab.

Siapakah Zainab Alkausar ? Saya juga belum mengenal beliau.Nama itu begitu asing dalam fikiran saya,namun begitu saya disuguhkan oleh sahabat saya Th Pohan seonggok puisi untuk saya beri review atau semacam komentar atau apalah kata Th Pohan,karena katanya puisi-puisi itu akan diterbitkan,maka saya sedikit terperangah membaca puisi-puisi Zainab yang bernada religius.Ada toh anak Rantauprapat yang mampu menulis puisi seapik ini ? fikir saya. Maaf lo bagi penulis puisi yang lain yang satu onggok akan diterbitkan itu,yang lain juga bagus puisinya kok.
Bagi Saudaraku peminat sastra,jika dalam waktu dekat seonggok puisi itu sudah terbit dengan judul :Sajak Langit Panai,silakan simak puisi mereka ; Th Pohan,Agung S,de Puspa,Zainab Alkausar,Ibn Ven,Herlina Hsb,Qaireen Izz,Ahmad Fajar Septian,Faisal,dan Dita Fadhilah Azri.
Sungguh kiranya Allah senantiasa membimbing hati kita semua dalam suasana religius yang berarti Allah masih bersemayam di sana yang salah satunya tercermin dari puisi-puisi yang kita tulis.

Rantauprapat,8 Juli 2013